Saturday, April 30, 2016
SEJARAH DAN KONDISI KOTA SEMARANG
1:47 AM
| Edit Post
PENDAHULUAN
SEJARAH DAN KONDISI KOTA SEMARANG
Indonesia
adalah salah satu negara yang terkenal akan banyaknya etnis.
Etnis-etnis tersebut diantaranya yaitu: Melayu, Jawa,Batak, Madura,
Dayak, dan lain-lain. Tapi tidak dipungkiri juga, Indonesia juga
ditinggali oleh etnis lain, salah satunya yaitu orang-orang TIONGHOA.
Dari zaman dahulu, sebelum Indonesia belum merdekapun bangsa TIONGHOA
telah mendominasi. Salah satu kota yang dituju para pendatang yaitu kota
Semarang. Hal ini dibuktikan dengan adanya sejarah yang mengatakan
bahwa di zaman Mataram kuno kira-kira pada abad ke-8, Semarang merupakan
pelabuhan penting yang kalau sekarang letaknya disekitar pasar Bulu, di
kaki bukit Bergota yang terdiri dari beberapa bukit kecil seperti Bukit
Brintik (yang kini masih dapat dilihat di perbukitan belakang Gereja
Kathedral) dan Bukit Mugas yang sekarang teerdapat gedung PTP dan
perguruan tinggi dibelakang pompa bensin hingga daerah Telogobayem.
Disebelah selatan dan barat bukit Bergota terdapat antara lain
bukit-bukit Candi dan Siamongan yaitu daerah Gedong Batu sekarang dan
pada saat itu, para pendatang dari Tiongkok sudah banyak yang bermukim
disana. Penduduknya saja masih sangat sedikit yaitu sekitar 217.775 jiwa
yang didalamnya termasuk orang Tionghoa, yaitu sekitar 27.451 jiwa.
Sebelum
berbicara mengenai Semarang lebih detail, alangkah baiknya jika kita
mengetahui asal-usul dari nama SEMARANG. Terdapat beberapa versi asal
mula nama Semarang, salah satunya yaitu pada abad ke-16 Pulau Tirang
penduduknya sudah mulai banyak dan padat, yang hanya sedikit kelihatan
disana yaitu adanya pohon asam. Dari pohon “asem”(asam) dan
“arang”(jarang) itulah maka tempat tersebut dinamakan
Semarang(asem-arang). Hal tersebut dibenarkan oleh seorang peneliti yang
bernama C.Lekkerkerker. Sedangkan, ungkapan lain mengatakan kata
“ARANG” berasal dari kata akhir dari daerah PANDAN ARANG dimana Kyai
Pandan Arang bertempat tinggal. Sebelum perang dahulu SEMARANG ditulis
SAMARANG dengan “A”. Adapun yang member nama Semarang yaitu Syeh Wali
Lanang yang dating untuk mengislamkan penduduk didaerah dimana Ki Ageng
Pandanaran tinggal.
Pada
zaman dahulu, sekitar 1500-1700 Semarang merupakan pelabuhan yang
sangat penting. Sejumlah literatur menyebutkan bahwa daya tarik Semarang
karena letak geografisnya yang sangat strategis, di tengah-tengah
kepulauan nusantara. Maka tak heran, jika banyak pedagang asing yang
datang ke Semarang. Apalagi kala itu jalur transportasi perdagangan
antarnegara satu-satunya hanya lewat jalur laut. Hal ini dibuktikan
dengan adanya catatan yang dibuat oleh seorang yang datang dari Portugis
yang bernama Tome Pires kira-kira pada tahun 1513 lalu. Pada waktu itu
ia berlayar menyusuri Pantai Utara Pulau Jawa. Disana terdapat tiga
tempat yang ramai dikunjungi oleh kapal-kapal pedagang selain pelabuhan
Jepara, antara lain mereka berlabuh di Losari, Tegal dan Semarang.
Kira-kira 150 tahun kemudian ada pula catatan yang menerangkan Semarang
sebagai Pelabuhan. Disekitar tahun 1678 Cornelius Speelman mencatat
ramainya pelabuhan Semarang yang melebihi pelabuhan Jepara yang berada
di sebelah timur Semarang. Berabad-abad lalu hingga sekitar abad 16 di
pantai utara Pulau Jawa terdapat beberapa pangkalan dagang penting yang
sering disinggahi kapal-kapal pedagang dari manca Negara. Satu-satunya
pelabuhan yang ramai pada saat itu adalah pelabuhan Jepara. Namun dalam
perkembangannya, para pedagang dari Arab, Tiongkok, India selanjutnya
singgah dari Jepara ke Semarang karena letak geografisnya yang ideal dan
alami serta dataran yang subur dan indah. Dengan datangnya
bangsa-bangsa asing ke Semarang seperti bangsa China, Melayu, Arab,
Persia, Belanda, dan lain-lain yang pada akhirnya mereka memutuskan
mendirikan pemukiman-pemukiman menurut kelompok etnisnya.
Fasilitas-fasilitas sosialpun bermunculan, misalnya: tempat-tempat
ibadah; masjid, klenteng, pusat pemerintahan, benteng-benteng
pemerintahan dan lain sebagainya.
Pada
abad tersebut, pedagang China mendominasi perdagangan di Semarang. Tak
mengherankan, bila banyak pedagang China yang menuai kesuksesan. Bahkan,
pada saat itu banyak pedagang China yang mulai memiliki rumah di
Semarang berdinding tembok dan beratap genteng cukup megah. Kesuksesan
pedagang China menjadi saudagar di Semarang juga didukung warga pribumi.
Mereka melibatkan warga asli Semarang dan sekitarnya dalam
mengembangkan usahanya.
Saat
itulah terjadi akulturasi budaya maupun sosial antara pendatang China
dengan warga pribumi. Pendatang China yang pernah mencapai 10 persen
penduduk Semarang, mencuatkan berbagai magnitude
pengaruhnya ke kebudayaan ageng Semarang. Misalnya, penduduk Tionghoa
amat hemat. Ini mempengaruhi penduduk Kota Semarang secara keseluruhan.
Khususnya, dalam mencari kesejahteraan.
Semarang
menjadi kota amat penting setelah pada 9 Juni 1702 ditunjuk sebagai ibu
kota wilayah Mataram dan pesisir Jawa. Hal ini menambah daya tarik kota
ini bagi para pedagang Nusantara maupun asing. Bahkan, pada saat itu
Semarang sudah mulai menampakkan diri sebagai bentuk kota. Wilayah
pemukiman semakin luas dengan munculnya berbagai kampung etnis. Seperti
Kampung China (Pecinan), Kampung Jawa, Kampung Belanda dan Kampung
Melayu.
Sesuai
dengan datangnya para pedagang dari mancanegara ke Semarang menjadikan
perubahan kota Semarang yang tadinya belum dianggap penting dalam
perdagangan, sekarang malah menjadi pusat para pedagang besar. Perubahan
ini dibuktikan dengan muculnya perusahaan, tempat hiburan, atau rumah
makan yang berbasis pada perdagangan. Hal ini menarik para orang-orang
Tionghoa yang langsung terjun didalamnya. Perusahaan yang ada pada saat
itu yaitu didirikannya perusahaan rokok, gedung bioskop dan juga rumah
makan. Perusahaan pabrik rokok yang terkenal pada zaman tersebut yaitu
pabrik rokok Poo Hien, Perahu Layar, pompa, Bengawan Solo, Tuton,
Gentong Gotri, Pak Tani, Rimboe, dan Sumber Girang. Selain perusahaan
rokok yang dibangun, ada juga tempat-tempat hiburan misalnya bioskop
atau pada zaman dulu disebut Theater. Theater merupakan tempat pemutaran
“Gambar Hidup” atau sekarang disebut film layar lebar. Nama-nama gedung
bioskop pada waktu itu ialah: Royal Theater, LUX Theater, Orion
Theater, Rahayu Theater. Dari keseluruhan gedung bioskop tersebut
kemudian dibongkar menjadi pertokoan sekarang ini. Adapun gedung bioskop
yang terkenal pada saat itu yaitu Grand Theater, yang pada waktu itu
pemiliknya bernama Tuan Be Biauw Tjwan dan disampingnya terdapat rumah
usaha yang dijadikan tempat perkumpulan yang dinamakan “Ta Tung Tze”
oleh masyarakat Tionghoa. Selain Grand, terdapat juga nama gedung
bioskop yang bernama “ROXY” theater dan “DJAGALAN” theater yang berada
didaerah Pecinan. Gedung-gedung bioskop tersebut menampilkan film-film
Mandarin dan film-film India. Sehubungan dengan perubahan waktu dan
perkembangan kota Semarang, tempat-tempat tersebut dibongkar yang
kemudian dijadikan tempat usaha, pertokoan.
Selain
tempat-tempat diatas, terdapat rumah makan atau restoran yang didirikan
oleh bangsa Tionghoa bernama”OEN” restoran yang oleh pendirinya yaitu
Tuan Oen Tjoek Hok. Lambat laun kemudian restoran tersebut berkembang
dan membuka cabang diberbagai kota misalnya Batavia, Jogjakarta, dan
Malang. Dan ternyata, selain ketiga bidang tersebut, masih banyak tempat
usaha yang didirikan oleh orang-orang Tionghoa. Misalnya, toko baju,
kelontong, dan jamu-jamu traditional yang diambil dari hasil bumi.
Dari
usaha-usaha itulah, dapat disimpulkan bahwa Semarang merupakan kota
perdagangan yang semakin berkembang. Hal itu ditandai dengan kedatangan
pedagang-pedagang dari mancanegara, terutama dari Cina. Mereka berdagang
hasil bumi, salah satunya lada. Di kota ini juga sudah muncul pusat
perdagangan, yakni di kawasan Pecinan. Saat itu, barang-barang dari Cina
juga banyak yang masuk ke Semarang. Mulai barang-barang dari bahan
kertas, kain, sutra, serta barang-barang gerabah (mangkok, piring, guci,
dll). Selain itu, industri lilin untuk penerangan juga sudah banyak
diproduksi oleh pendatang Cina. Perdagangan di Semarang semakin hebat
dengan banyaknya pedagang-pedagang asing selain Cina yang berdatangan ke
Semarang. Mulai pedagang India, Arab, Gujarat, bahkan pedagang Eropa
seperti Belanda, Inggris dan Portugis juga hijrah ke Semarang. Alhasil,
Semarang pun menjelma menjadi salah satu pusat perdagangan yang
penting. Pada abad tersebut para pedagang Cina-lah yang mendominasi
perdangan pada abad tersebut karena yang selama ini kita tahu mereka
sangat baik dalam mengolah sistem manajemen keuangan mereka. Makin lama
usaha mereka semakin berkembang dan menjadikan mereka sukses dalam
berdagang. Maka, dari situlah para pedagang singgah ke Semarang untuk
berdagang.
Artikel
-
▼
2016
(21)
-
▼
April
(15)
- SEJARAH DAN KONDISI KOTA SEMARANG
- Struktur dan Bahan Bangunan Kong Tik Soe
- Tata Ruang Gedung
- Program Kerja Yayasan Kong Tik Soe
- Struktur Organisasi Yayasan Kong Tik Soe
- Legal Formal Yayasan Kong Tik Soe
- Profil Yayasan Kong Tik Soe
- Introduction Kong Tik Soe
- Layanan Keagamaan Tjie Lam Tjay
- LAYANAN PERKABUNGAN TJIE LAM TJAY
- Praktek Pengobatan Yayasan Tjie Lam Tjay
- Aktifitas dan Sumbangsih Yayasan Tjie Lam Tjay
- Struktur Yayasan Tjie Lam Tjay
- Legal Formal Yayasan Tjie Lam Tjay
- Profil Tjie Lam Tjay
-
▼
April
(15)