Saturday, May 7, 2016
TERBENTUKNYA KONG KOAN (Chineesche Raad)
2:35 AM
| Edit Post
TERBENTUKNYA KONG KOAN (Chineesche Raad)
Kata “Kong Koan” atau Chineeshe Raad berasal dari kata “Kong” dan “Koan”. “Kong” berarti umum dan “Koan” berarti kantor. Maksud dari kata-kata tersebut yaitu menjelaskan adanya suatu perkumpulan para pedagang besar dan sukses yang memiliki tujuan dalam perdagangan. Hal ini ada hubungannya dengan kongsi. Sebenarnya kata “kongsi” sendiri hanya digunakan di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sebutan kongsi ditujukan untuk luitenant-luitenant Tionghoa. Memang aneh, mengapa orang Tionghoa tidak mengatakan atau menyebutkan bahwa kata loei-ten-lan atau leknan untuk seorang petugas kantor (officer). Sedangkan, dalam beberapa catatan yang telah ditemukan ditulis sama “loei-ten –lan”. Asal-usul dari sebutan tersebut ialah sekitar tahun 1770, orang mulai mendengar beberapa sebutan tersebut. Sebab, pada masa itu masing-masing luitenant memiliki pekerjaan penting yang harus dipikul. Pekerjaan pribadi dari para Majoor, Kapitein serta Luitenant dari bangsa Tionghoa pada masa itu adalah menjadi pachter (pedagang besar dalam perdagangan) dari pasar yang mengurus mengenai kayu, garam, penangkapan ikan dan sebagainya. Mereka juga memberi pacht atau semacam bukti dalam melakukan pekerjaan. Untuk mengurus kepentingan-kepentingan sendiri dan umum untuk bangsa Tionghoa, seorang luitenant kepala disediakan suatu ruangan yang dinamakan KONG KOAN. Nama Kong Koan ditujukan pada urusan perdagangan dan kepentingan kongsi. Namun, lambat laun organisasi Kong Koan ini tidak hanya untuk kepentingan dagang, tapi sudah mulai menjadi informasi center bagi para pedagang pendatang dari China. Bahkan, Kong Koan kala itu sudah menjadi semacam “Badan Penoenjoek”. Para pedagang China yang baru datang ke Semarang akan mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan di Kong Koan.
Sebagai pemimpin “Boedelkamer”(nama perusahaan) pada waktu itu, ketika perusahaan dipegang oleh seorang Kapitein yang bernama Tan Lik Sing. Beliau dibantu oleh para pekerjanya dalam menangani segala urusan yang menyangkut orang Tionghoa. Beliau dibantu tuan Tan Yok Seng yang mengganti tuan Tan Hie Hoen dan Tjan Kong Wan yang mengganti kedudukan dari tuan The Tie King. Karena merasa memerlukan seorang pekerja yang membantu dalam mencatat hal-hal yang perlu sebagai juru tulis, atau yang sekarang disebut sekretaris. Pada akhirnya, perusahaan mengijinkan Kapitein Tan Lik Sing untuk mengangkat juru tulis baru yaitu tuan Oei He Ling. Hal itu dikarenakan makin meningkatnya urusan yang menyangkut masalah penduduk Tionghoa.
Jika kita mengingat tempo dulu, yang menjadi alasan mengapa orang Tionghoa hijrah ke Semarang selain alasan berdagang yaitu sekitar tahun 1740 terjadi pembunuhan bangsa Tionghoa di Jakarta yang mengakibatkan hampir semua pendatang yang dari Tiongkok hijrah ke Semarang. Berhubung Semarang terletak ditengah-tengah kepulauan Indonesia yang juga sangat strategis,b Semarang juga merupakan kota perdagangan yang sedang berkembang, maka Semarang-lah yang menjadi tempat naungan bagi para pendatang dalam mendapatkan perlindungan maupun tempat mencari nafkah. Akibat dari kejadian tersebut, bangsa Tiongkok dan Tionghoa berdomisili di kota Semarang dalam suatu area tertentu yang disebut sekarang ini sebagai daerah PECINAN. Dan secara otomatis, pekerjaan dari Kong Koan serta badan penerangan pada saat itu semakin banyak.
Pada waktu itu, tugas dari Kong Koan memberikan informasi penting kepada orang Tionghoa. Kemudian tugas-tugasnya semakin bertambah. Tak heran, jika pedagang China yang terlibat dalam organisasi ini semakin besar. Pada perkembangannya, Kong Koan tak sekadar memberikan bantuan informasi, tapi juga mulai memberikan bantuan sosial warga yang sakit dan meninggal. Apalagi pada tahun 1830, wilayah Semarang dilanda wabah penyakit. Bahkan, wabah penyakit tersebut telah menjalar hingga ke kampung-kampung di kawasan Pecinan. Apalagi pada waktu itu, di jalanan masih banyak sampah yang menumpuk, kondisi jalanan masih sangat jelek dan kumuh, serta tidak adanya air minum yang bersih. Ditambah, pengetahuan tentang kebersihan dan kesehatan masyarakat masih sangat kurang. Akibatnya, wabah penyakit pun menjalar dengan cepat. Mengingat semua itu, ada seorang yang kaya raya yang bernama Tan Hong Yan membantu orang-orang yang kurang mampu. Beliau kemudian mendirikan balai pengobatan bagi mereka yang kurang mampu. Beliau merasa iba dan tidak melihat banyak orang yang menderita karena wabah penyakit tersebut. Jadi, beliau ingin berbagi kasih dengan mereka dengan mendirikan balai pengobatan tersebut.
Karena kurangnya pengetahuan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan, membuat penyakit tersebut susah untuk dimusnahkan. Dan kemudian muncullah inisiatif penggunaan obat-obatan dari Tionghoa atau China. Penyakit-penyakit tersebut akhirnya dapat berkurang dan orang mulai agak lebih baik dari sebelumnya. Pada zaman dahulu, belum dikenal yang namanya ilmu kedokteran. Dan akhirnya digunakan obat-obatan tradisional dari China. Disamping itu, para pembesar negeri tidak tinggal diam. Mereka melakukan pencegahan agar wabah tersebut tidak menyebar luas ke daerah-daerah lain.
Supaya dapat membagi waktu dan dapat membantu orang dalam menyelesaikan masalah, Kapitein Tan Hong Yan lalu mengadakan rembug atau diskusi di Gedong Gulo. Maka dari itu, dia mendirikan Kongkoan yang bertujuan memberikan informasi pada orang-orang yang membutuhkan. Seorang penulis yang ada di Kong Koan akan mencatat apa yang dikeluhkan dan apa yang menjadi masalah. Jika sekretaris tersebut tidak dapat memberi keputusan, barulah Tuan Tan Hong Yan memberikan solusinya. Sebenarnya tugas dari sekretaris zaman dulu lebih susah bila dibandingkan dengan sekarang. Ia lebih sering dihadapkan dengan orang-orang yang tidak punya pengertian sama sekali. Dari sumber yang telah dikemukakan oleh orang Tionghoa, Kong Koan berdiri di Semarang sekitar tahun 1835. Dan pada tahun tersebut ialah awal berdirinya Kong Koan. Di Gedong Goelo itu, setiap saat masyarakat bisa hadir untuk meminta keterangan yang diperlukan kepada secretaris. Yang berbeda dengan Kong Koan untuk kepentingan kongsi dagang yang berdiri pada era Majoor Tan Tiang Tjhing, yang tak lain adalah ayah dari Kapitein Tan Hong Yan. Mengingat jasa-jasa Kapitein Tan Hong Yan yang begitu besar tersebut, maka pemerintah kala itu menganugerahkan gelar Majoor Titulair kepada putra keempat Majoor Tan Tiang Tjhing ini. Penganugerahan gelar tersebut disambut dengan suatu pesta besar yang penuh gegap gempita. Begitu menyandang gelar Majoor Titulair, nama Tan Hong Yan semakin termasyur. Selain itu dunia perdagangan di Semarang semakin maju. Itu ditandai dengan kedatangan para pedagang dari China ke Semarang. Para pendatang ini membutuhkan keterangan-keterangan tentang peraturan negara, peraturan pajak dan lain sebagainya. Mereka datang langsung ke Gedong Goelo. Majoor Titulair Tan Hong Yan pun berkewajiban untuk memberikan semua informasi tersebut.